Kisah Abu Lubabah
Kisah Abu Lubabah
Telah kita ketahui bahwa ada beberapa kisah orang yang
berkhianat pada zaman nabi, seperti di dalam kisah Abu
Lubabah berikut.
Seperti yang dijelaskan dalam “al-Ishabah fii Tamyiiz
as-Shahabah” karya Ibnu Hajar Al-Asqalani, Abu Lubabah adalah nuquba atau salah
satu pemimpin dari Anshar sekaligus seorang ksatria perang.
Beliau hidup pada masa Nabi Muhammad SAW hingga masa
Khalifah Ali bin Abi Thalib.
Abu Lubabah termasuk pemeluk Islam pertama, ketika
beberapa orang Anshar berjumpa dengan Mush’ab bin Umair di Madinah.
Abu Lubabah pun menjadi salah satu Anshar yang terlibat
dalam Baiat Aqabah II.
Saat pertempuran Badar berlangsung, Rasulullah SAW
menugaskan Abu Lubabah sebagai perwakilan untuk menjaga keselamatan penduduk
Madinah, memelihara keamanan, serta merawat perkebunan dan wilayah perbatasan.
Abu Lubabah patuh pada perintah Nabi Muhammad SAW dan
turut serta dalam persiapan yang diperlukan untuk pasukan perang.
Perannya meliputi persiapan senjata bagi umat Islam.
Dalam hal tersebut, Abu Lubabah dikenal sebagai seorang
mukmin yang jujur dan tulus demi Rasulullah SAW dan Allah SWT.
Kisah Abu Lubabah berlanjut ketika ia berkesempatan
bergabung dengan Rasulullah menyerbu pasukan Yahudi Bani Quraizha di benteng
mereka.
Rasulullah dan kaum muslimin berhasil mengelilingi
benteng Bani Quraizha selama 25 malam yang membuat Bani Quraizha mengalami
kesulitan dan rasa takut karena mereka terjebak dalam pengepungan.
Lalu, mereka mengirim pesan kepada Nabi Muhammad untuk
memohon agar Abu Lubabah bisa datang menemui mereka.
Akhirnya, Nabi Muhammad memerintahkan Abu Lubabah Mundzir
untuk datang kepada mereka.
Sebelumnya, Rasulullah memberi keputusan untuk menemui
mereka adalah Sa'ad bin Mu'adz. Namun, ketika mereka melihat Abu Lubabah tiba,
mereka memperlihatkan raut memohon dan meminta belas kasihnya dengan
tersedu-sedu.
Mereka mengatakan bahwa sudah mengetahui kaum Madinah
memiliki sifat baik dan pemaaf sehingga membuat Abu Lubabah pun mengiyakan
ucapan mereka dan tidak dapat menghilangkan rasa kasihannya.
Oleh karena perbuatannya tersebut Abu Lubabah merasa
sangat bersalah terhadap Rasulullah karena telah berkhianat.
Dalam sebuah kitab dijelaskan bahwa dengan rasa
bersalahnya tersebut, Abu Lubabah bertekad menghukum dirinya dengan mengikat
tubuhnya di tiang masjid Nabawi selama kurang lebih 7 hari tanpa asupan makanan
atau minuman.
Tindakan pengkhianatan tersebut juga menjadi pengaruh
kegagalan Rasulullah dalam serangan terhadap musuh pada waktu itu.
Dari kisah satu ini, dapat disimpulkan bahwa selain bisa
menghancurkan orang-orang sekitar, ternyata pengkhianatan juga dapat memberi
kekecewaan pada diri sendiri